Terimah kasih telah berkunjung di blog saya semoga bermanfaat

Powered by Blogger.

Subscribe via email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Home » » Upacara Ma’ Nenek (Tana Toraja)

Upacara Ma’ Nenek (Tana Toraja)


Upacara Ma’Nenek merupakan suatu  upacara menurut keyakinan atau ajaran dari Aluk Todolo dimana upacara yang dikhususkan untuk mengenang dan memeperingati arwah leluhur yang sering disebut Tomembali  Puang.Upacara ini tidak dibatasi oleh waktu ataupun moment-moment tertentu saja,tapi tergantung dari kemampuan keluarga dan hari baiknya saja untuk melaksannakan upacara tersebut.
Upacara tersebut tidak diharuskan dilaksanakan  oleh setiap kelurga di Tana Toraja semuanya tergantung dari kesanggupan keluarga, jadi masyarakat yang ekonominya lemah tidak diharuskan untuk melaksanakannya.
Beberapa orang sering sulit membedakan Ma’Nenek masuk golongan Rambu Tuka’ Atau Rambu solo’, ada yang mengatakan  upacara tersebut merupakan Rambu solo’ karena mengenai tentang kedukaan dan kematian, tapi jika diperhatikan sebenarnya termasuk dalam upacara Rambu Tuka’ karena dilakukan pada pagi hari saat matahari mulai terbit namun tidak dilaksanakan disebelah timur dari rumah/Tongkonan.
Tujuan Utama dari upacara  tersebut merupakan semata-mata memberikan kurban untuk memperingati arwah leluhur bagi orang yang telah diberkati oleh arwah leluhurnya tersebut.Semuanya itu diyakini menurut ajaran Aluk Todolo (jaman di mana Toraja masih belum mengenal Agama yang kita yakini saat ini).

Upacara Ma’ Nenek terdiri dari bermacam-macam cara melaksanakannya tergantung dari setiap daerah adat yang berada di Toraja .
            Beberapa cara pelaksanaannya seperti Ma’Nenek dengan memberi kurban serta mengganti bungkusan kain kafan orang meninggal (leluhur),ada pula yang Ma’ Nenek sekaligus membuka kuburan/liang dan menganti pakaian dari Tau-tau (Patung cerminan orang yang meninggal).Tapi inti dari tiap daerah adat yang melaksanakan Ma’Nenek  yaitu sajian dan kurban kerbau atau babi.
            Di daerah adat yang berbeda sering upacara ini bersifat sementara dan menyebutnya dengan Lao Lako  Tomatua (Lao=pergi ; Lako=kepada;Tomatua=Orang tua atau leluhur).Di daerah adat yang berbeda memiliki aturan waktu pelaksanaannya seperti dilaksanakan sehabis panen dan kondisi-kondisi lainnya.
NB: Sekarang upcara ini dilaksanakn hanya sebagai pelastirian adat semata.

0 comments :

Post a Comment

♥ Terimah Kasih telah berkunjung,silahkan memberi komentar ♥ :

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS