Terimah kasih telah berkunjung di blog saya semoga bermanfaat

Powered by Blogger.

Subscribe via email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Upacara Ma’Pakende Tomatua atau Manta’da



Upacara Ma’pakande Tomatua merupakan Upacara  yang Khusus dilakukan untuk mempersembahkan  kurban kepada Tomembali Puang yang bertujuan sebagai upacara persaksian kepada Tomembali Puang ,suatu kegiatan atau upacara apapun kecuali upacara pemakaman selalu ditujukan kepada oknum  yang juga kepada tomembali puang dengan upacara ma’nenek dan lao laku To Matua  harus didahului dengan upacara sederhana seperti  Ma’Pakande Tomatua  yang berarti Ma’Pakende =memberi makan  dan Tomatua yang berarti orang tua.
                Upacara ini ditujukan kepada Tomembali Puang yang dilaksanakan di sebelah barat atau kiri dari bangunan rumah atau Tongkonan yang bertujuan untuk mempersaksikan kepada leluhur dari  keluarga yang masih hidup bahwa keturunannya akan mengadakan upacara persembahan kepada oknum yang dipercaya dan kepada leluhurnya dengan upacara Ma’Nenek atau Lao Lako Tomatua.
                Dalam  upacara Ma’Pakande Tomatua dikurbankan satu ekor ayam atau satu ekor babi,dengan waktu pelaksanakan dilakukan pada sore hari setelah matahari terbenam.Beberapa orang Toraja sering menggolongkan upacar ini kedalam Rambu Solo’,akan tetapi pelaksanaannya seperti upacar Rambu Tuka’ dalam hal cara penyajiannya,hal ini dikarenakan leluhur merupakan salah satu oknum yang dipuja dan disembah (Pada jaman Dahulu) menurut Kepercayaan aluk todolo.
                Upacara Ma’Pakande Tomatua tak dapat dilangkahi dalam mengadapi upacara persembahan atau sedang mengadakan upacara yang besar lainnya seperti Pembangunan Rumah Tongkonan.
                Untuk menghadapi Upacara Rambu Solo’ tidak dapat dilakukan upacara Ma’Pakande Tomatua namun pada waktu hendak menghadapi upacara pembalikan Tomate harus mengadakan Upcara Ma’Pakande Tomatua tersebut,hal tersebut dikarenakan arwah yang akan di lantik atau di dinyatakan  sebagai setengah dewa untuk menjadi salah satu dari oknum dari ketiga oknum yang disembah dan dipuja menurut keyakinan Aluk Todolo.
Toraja dan Kebudayaannya – L.T.Tangdilintin 1978

Upacara Ma’ Nenek (Tana Toraja)


Upacara Ma’Nenek merupakan suatu  upacara menurut keyakinan atau ajaran dari Aluk Todolo dimana upacara yang dikhususkan untuk mengenang dan memeperingati arwah leluhur yang sering disebut Tomembali  Puang.Upacara ini tidak dibatasi oleh waktu ataupun moment-moment tertentu saja,tapi tergantung dari kemampuan keluarga dan hari baiknya saja untuk melaksannakan upacara tersebut.
Upacara tersebut tidak diharuskan dilaksanakan  oleh setiap kelurga di Tana Toraja semuanya tergantung dari kesanggupan keluarga, jadi masyarakat yang ekonominya lemah tidak diharuskan untuk melaksanakannya.
Beberapa orang sering sulit membedakan Ma’Nenek masuk golongan Rambu Tuka’ Atau Rambu solo’, ada yang mengatakan  upacara tersebut merupakan Rambu solo’ karena mengenai tentang kedukaan dan kematian, tapi jika diperhatikan sebenarnya termasuk dalam upacara Rambu Tuka’ karena dilakukan pada pagi hari saat matahari mulai terbit namun tidak dilaksanakan disebelah timur dari rumah/Tongkonan.
Tujuan Utama dari upacara  tersebut merupakan semata-mata memberikan kurban untuk memperingati arwah leluhur bagi orang yang telah diberkati oleh arwah leluhurnya tersebut.Semuanya itu diyakini menurut ajaran Aluk Todolo (jaman di mana Toraja masih belum mengenal Agama yang kita yakini saat ini).

Upacara Ma’ Nenek terdiri dari bermacam-macam cara melaksanakannya tergantung dari setiap daerah adat yang berada di Toraja .
            Beberapa cara pelaksanaannya seperti Ma’Nenek dengan memberi kurban serta mengganti bungkusan kain kafan orang meninggal (leluhur),ada pula yang Ma’ Nenek sekaligus membuka kuburan/liang dan menganti pakaian dari Tau-tau (Patung cerminan orang yang meninggal).Tapi inti dari tiap daerah adat yang melaksanakan Ma’Nenek  yaitu sajian dan kurban kerbau atau babi.
            Di daerah adat yang berbeda sering upacara ini bersifat sementara dan menyebutnya dengan Lao Lako  Tomatua (Lao=pergi ; Lako=kepada;Tomatua=Orang tua atau leluhur).Di daerah adat yang berbeda memiliki aturan waktu pelaksanaannya seperti dilaksanakan sehabis panen dan kondisi-kondisi lainnya.
NB: Sekarang upcara ini dilaksanakn hanya sebagai pelastirian adat semata.

Mengedit Foto Instan dan Cepat Di Photoshop


Kali ini saya akan memberikan trik mengedit foto dengan instan dengan Photoshop,dan hasilnya tidak kalah kerennya dengan dengan editan orang yang sudah mahir menggunakan softwere “SOTOSHOP” (Warung soto).
Trik ini sangat cocok buat teman-teman yang baru belajar Sotoshop trik yang saya berikan adalah menggunakan “ACTION” .Beberapa Efek saya akan berikan dengan trik ini seperti Efek yang ada di INSTAGRAM dan efek yang lain.
Sebelum kita  Mulai ada baiknya kita berdoa dulu,berdoa di mulai…..Doa selesai hehehehe

1.Download ACTION nya Kemudian Extract. 

Pasword  Action : @ninorante

2. .Jalankan Softwere Photoshop (CS2 Ke atas).

3. Buka File Foto yang akan di edit (File>>Open).

4.Load Action yang udah di download tapi sebelumnya tampilkan dulu kotak Action ( Window >> Action) atau tekan (alt,F9) pada keyboard.

5.Setelah kotak Action muncul laod action yang sudah di download.(load sesuaikan tempat penyimpanan Action di komputer teman-teman)

6.Langkah selanjunya yaitu menjalankan actionnya,pilih salah satu action yang ada kemudian klik tombol play.

7.Jika efeknya tidak sesuai dengan keinginan,teman-teman bisa memilih efek yang lain tapi efek sebelumnya di hapus dulu agar tidak menumpuk. (window >> history)

8.Ulangi langkah 6

Silahkan memberi komentar di bawah jika anda masih kurang mengerti ,apabila artikel ini sangat membantu anda tolong klik icon G+ Atau tombol share.


Tingkat-Tingkat upacara pemakaman dalam Aluk Todolo Tana Toraja


·        Disili
Merupakan upacara pemakaman yang paling sederhana.Dahulu kala orang yang tidak mampu (Secara Ekonomi) dari tingkatan budak sering dikuburkan dengan cara yang menyedihkan misalnya dengan membekali mayat dengan telur ayam tetapi pada zaman sekarang rata-rata keluarga menguburkan mayat dengan memotong seekor atau beberapa ekor babi.Upacara penguburan disili adalah Aluk  golongan masyarakat  budak,terutama untuk untuk menguburkan anak mereka yang belum dewasa.
Anak yang lahir dan meninggal dikubur bersama urihnya tanpa upacara keagamaan.Sedang anak yang meninggal dunia sebelum giginya tumbuh dimassukkan dalam pohon kayu besar upacara sederhana  dan tanpa pembalut kain.Kedua upacara penguburan ini dilakukan pada semua golongn baik bangsawan maupun ataupun tingkat rendah.
Anak yang demikian dianggap belum ada kesalahan yang dilakukan,masih suci di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa dan dikembalikan alam asalnya kedalam pohon besar .Pohon tempat menguburkan anak ini disebut “Liang” atau “Passiliran”.
·         Dipasang Bongi
Merupakan upacara kematian yang dilaksanak hanya dalam satu malam saja di rumah danmengurbankan seekor kerbau dan beberapa ekor babi.Upacara ini bagi orang tua(dewasa) dari golongan rendah ataupun golongan menengah yang tidak mampu secara ekonomi.
·         Dipatallung Bongi
Merupakan upacara pemakaman  yang berlangsung selama tiga malam di rumah  dan mengurbankan empat ekor kerbau serta babi sekitar sepuluh ekor.Hari kedeua taqmu datang membawa sumbangan berupa babi,tuak,gula,kopi,rokok dan lain-lain. Beberapa tempat nasi tidak boleh dimakan di tempat itu dan semua keluarga terdekat mempunyai kewajiban untuk pantang makan nasi selama berlangsungnya upacara dan beberapa hari sesudahnya.Selama tiga malam berturut-turutdiadakan upacara ma’badong
·         Dipalimang Bongi
Merupakan upacara pemakaman yang berlangsung selama lima hari lima mala.Hari ketiga baru hari penerimaan,tamu atau kenalan mendapat kesempatan untuk untuk datang membawakan sumbangan berupa minuman tuak (khas Toraja) babi atau kerbau dan kenalan dari luar kota datang membawa rokok atau gula pasir .
            Keluarga yang masih ada hubungan darah tapi sudahagak jauh hadir pula memberikan ucapan belasungkawa bersama semua penduduk desa.Paling kurang sembilan ekor kerbau di kurbankan dan puluhan ekor babi.
·         Dipapitung Bongi
Upacara tujuh hari tujuh malam,setiap malam dan setiap hari ada upacara pemotongan kerbau dan babi,keluarga terdekat pantang makan nasi selama acara berlangsung.Acara hari penerimaan tamu lebih meriah sebab pemotongan kurban babi dan kerbau lebih banyak dengan kurban kerbau sebanyak 9 sampai 20 ekor atau lebih.Kepala kerbau diperuntukkan bagi rumh tongkonan dan daging kerbau diberikan kepada tamu dan penduduk desa sesuai dengan kedudukan dan fungsinya dalam masyarakat.
·         Ma’Badong
Menceritakan riwayat manusia  sejak ibu mengandung,melahirkan hidup dalam masyarakat dan meninggal dunia menuju akhirat.Contoh beberapa kalimat dalam badong :Tiromu tu tau tongan ,tutonatampa deata,malemo naturu’ gaun naempa-empa salebu’ sau ‘rumembe na langi’,sau’ingkokna batara, denmo gai’na tang mamma’,tang urraban  bulu mata.
            Artinya  kalian telah saksikan,Manusia ciptaan Dewata jiwanya berangkat bersama embun,dan diarak oleh awan ,ia berangkat ke arah selatan ,kedunia cita-cita sana ,ia telah mengasuh anak-anak,dengan segala penderitaan ,tapi anak –anak sekarang telah memberikan baktinya dengan segala korban.
·         Dirapai
Merupakan acara penguburan orang meninggal yang paling mahal karena dua dua kali diupacarakan sebelum dikuburkan.Upacar pertama diadakan  di rumah tongkonan dan kemudian diistirahatkan satu tahun baru upacara kedua diadakan. Upacar pertama dalaqm bahasa daerah disebut dialuk pia.Pada upacara yang kedua mayat diarak dengan pikulan  ratusan orang dari rumah tongkonan ke Rante tempat upacar kedua di adakan .
Upacar a ini disebut ma’palao/ma’pasonglo’ .Orang meninggal dibungkus kain merah yang dilapisi emas,diikuti oleh tau-tau dan janda dari almarhum dalam usungan yang dihiasi emas serta serta diiringi oleh puluhan ekor kerbau jantan berhias yang siap untuk diadu.
Setelah tiba di rante mayat dinaikkan ke lakkian suatu bangunan tinggi khusus tempat mayat. Kemudian dilanjutkan dengan acara selanjutnya seperti:
*Upacara adu kerbau
*Acara sisemba’
Dirapai terbagi :
  • Ø  Rapasan dilayu-layu dengan target terendah 12 ekor kerbau
  • Ø  Rapasan Sundun dengan target minimal 24 ekor kerbau
  • Ø  Rapasan Sapurandan dengan jumlah paling rendah 30 ekor kerbau
Ketiga type rapasan ini memotong babi ratusan ekor dan kerbau belang yang mahal harganya dan dipotong pada hari mantunu/allo duku’na.Pada rapasan sapu randanan kerbau yang dipotong dari semua warna bulu kecuali warna kerbau putih (tedong bulan).Sapi tidak lasim dipotong pada upacara adat Toraja namun tidak masalah bila mengurbankanya namun tidak sama dengan mengurbankan kerbau yang memiliki nilai dalam adat Toraja.
          Silahkan memberi komentar kritik dan saran anda di bawah...! demi menghindari kesalah Fahaman budaya Toraja.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS