Terimah kasih telah berkunjung di blog saya semoga bermanfaat

Powered by Blogger.

Subscribe via email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Home » » Upacara Keagamaan Aluk Todolo

Upacara Keagamaan Aluk Todolo

       Aluk Todolo adalah suatu keprcayaan animis tua yang rupanya dalam perkembangannya telah dipengaruhi oleh ajaran hidup Konfusius dan agama Hindu, makanya oleh peperintah Republik Indonesia menggolongkan Aluk Todolo itu dalam sekte agama Hindu Darma.
Aluk Todolo dalam ajarannya mengatakan bahwa agama atau keyakinan ini diturunkan oleh Puang Matua (Sang pencipta) kepada nenek manusia yang pertama bernama Datu La Ukku’ yang dinamakan Sukaran Aluk (sukaran=susunan=ketentuan=aturan, aluk=agama=keyakinan). Artinya aturan agama yang didalamnya mengandung ketentuan-ketentuan bahwa manusia dan segala isi bumi ini harus menyembah kepada Puang Matua/sang pencipta yang dilakukan dalam bentuk sajian persembahan. Menurut mitos ajaran ini bahwa sang pencipta pada awalnya menciptakan 8 zat diatas langit melalui suatu tempat penciptaan.
Saun Sibarrung, yang ajarannya “Maka berangkatlah Sang Pencipta kesebelah Baratmengambil sebakul Emas dan kembali membawa penuh bakulnya lalu dimasukkannya kedalam tempahan bernama Saun Sibarrung, dan kemudian diembusinya Saun Sibarrung itu lalu terciptalah 8 nanak makhluk dari dalamnya masing-masing bernama :
1.    Nenek dari manusia bernama Datu La ukku’
2.    Nenek dari racun bisa bernama Menrante
3.    Nenek dari kapas bernama La Ungku’
4.    Nenek dari besi bernama Irako
5.    Nenek dari hujan bernama Pogn Pirik2
6.    Nenek dari kerbau bernama Menturini
7.    Nenek dari padi bernama La Memme
8.    Nenek dari ayam bernama Menturiri.

Pada umumnya upacara yang selalu diadakan di Tana Toraja adalah berhubungan erat dengan upacara kegamaan atau acara adat dengan memotong aya, babi atau kerbau. Kehidupan masyarakat Toraja sepanjang tahun terlibat dalam upacara keagamaan seperti pesta panen padi, pesta rumah adat dan uapacar keagamaan orang mati.
Upacara keagamaan terbagi dua yakni upacara rambu tuka dan upacara rambu solo.

I.    Upacara Rambu Tuka atau aluk rampe Matallo
Upacara Rambu Tuka ialah menyembah kepada Deata dan Puang Matua dengan memotong ayam, babi atau kerbau dibawah pimpinan Tominaa. Upacara ini disebut Rambu Tuka sebagai bahasa sastra yang mengidentikkan sebagai upacara syukur yang menggembirakan atau yang baik. Rambu Tuka atau Aluk Rampe Matallo adalah upacara keagamaan yang dilaksanakan pada pagi hari di bahagian timur dan letak rumah dan pemimpin agama selalu menghadap ketimur mempersembahkan korban  yang mengidentikkan sebagai upacara syukur yang menggembirakan atau yang baik. Rambu Tuka atau Aluk Rampe Matallo adalah upacara keagamaan yang dilaksanakan pada pagi hari di bahagian timur dan letak rumah dan pemimpin agama selalu menghadap ketimur mempersembahkan korban yang dibawakan.
Yang termasuk dalam upacara rambu Tuka adalah :
a.    Mangrara Banua, silsilah keluarga tidak ada yang tertulis tapi hubungan keluarga dapat saling mengenal satu sama lain dalam hubungan ikatan rumah adat yang disebut Tongkonan. Jika rumah Tongkonan sudah dibangun atas biaya bersama dari seluruh keluarga maka sebelum ditempati maka diadakan pesta yang dihadiri seluruh keluarga yang mana masing-masing anggota memotong seekor babi. Pada upacara mengrara diadakan macam-macam tarian adat seperti ma’gellu tarian daobulan dll. Mangrara biasanya ada yang 3 hari dan ada yg hanya 1 hari saja.
b.    Ma’bugi merupakan upacara syukuran dalam kampung sesudah panen dan juga diadakan untuk syukuran kampung sesudah terjadi wabah penyakit agar tidak terulang lagi. Kalau ada orang mati dalam kampung yang belum dikuburkan tidak boleh diadakan ma’bugi. Orang-orang kampung memotong ayam dan memasak nasi ketan  dalam bambu kemudian dimakan bersama denagn minum tuak.Tarian ma’bugi diadakan secara massal yang diikuti oleh laki-laki dan perempuan.
c.    Maro, pesta Maro diadakan untuk menyembuhkan orang sakit yang diganggu roh halus. Maro dapat juga diadakan pada acara mangrara banua akan tetepai  akan tetepai yang menarik perhatian ialah acara maro untuk menyembuhkan orang sakit. Selama jangka waktu untuk penyembuhan orang sakit, biasanya dua atau beberapa minggu , orang yang sakit diobati setiap malam dengan dikelilingi orang yang mengadakan tarian maro. Ditenga keruminan massa yang menari pada malam hari, setelah orang sakit sudah mendapat keringat dan sudah beberapa orang dukun kemasukan roh halus, maka pengobatan diadakan dengan darah yang menetes dari dahi dukun dan darah yang diambil dari lidah dukun yang dilukai. Luka-luka dukun akan segera sembuh sesudah mengadakan kontak dengan Deatadengan memepergunakan daun pohon ‘tabang’.  Proses ini berlangsung tiap selama acara maro berlangsung sampai orang sakit sembuh. Yang menarik perhatian adalah orang-orang yang pernah dirasuk deata segera dapat menjadi dukun dan luka-luka pada badannya dapt disembuhkan segera setelah mengadakan pengobatan.
d.    Merok, yakni suatu pesta besar yang diadakan sebagai kelengkapan dari pesta upacara kematian seorang bangsawan yang diadakan kalau keluarga yang bersangkutan sudah merasa mampu. Pada saat itu diharapkan arwah alamarhum sudah menjadi anggota keluarga dewata (pembalikan) dan disini deata yang disyukuri. Acara ini berlangsung beberapa hari dan tiap malam pemimpin agama Aluk Todolo berkumpul menginpentarisir segala atribut dan seluk beluk adat untuk dibaharui dalam pikiran (semacam refreshing course) para tominaa saling menguji kecerdikan berkata-kata dan berpuisi. Seekor kerbau dipotong sebagai persembahan kepada Puang Matua dan sebelum hari terakhir kerbau ini ditingga’/disomba mengenai asal mula makhluk diciptakan oleh Puang Matua melaluai sauan sibarrung dimana nenek manusia, nenek kerbau dan aluk diadakan untuk itulah kerbau dipelihara untuk dikembalikan kepada fungsinya sebagai hewan korban.
e.    Ma’sassiri, pesta panen sebagai penutup dari upacara orang mati yang tergolong menengah, upacara pemakamana golongan menengah diakhiri dengan ma;sassiri, 2 atau 4 ekor babi dipotong.
f.    Ma’bua, pesta adat rambu tuka yang paling menarik dan paling besar tetapi tidak semua daerah lingkungan adat mengadakan pesta ma’bua. Sebagaian daerah di Toraja hanya mengenal pesta merok sebagai ucapan syukur yang paling tinggi.
g.    Ma’bate, lanjutan dari pesta merok dan pesta ma’bua pada hari terakhir penutupan acara . babi dan ayam dipotong di daerah terbuka dimana telah dididirikan menara tinggi yang dihiasi kain Maa’ yakni semacam kain ikat antik dan parang antik yang khusus yakni parang yang dahulu dipergunakan dalam peperangan. Kain dan parang antik ini sudah sangat jarang ditemui karena habis dibeli oleh turis asing sebagai souvenir.
h.    Sisemba, pesata panen suatu atraksi massal, perkelahian antar kampung yang hanya mempergunakan kaki, tidak boleh menggunakan tangan dan senjata tajam. Tiap kampung menurunkan jago sembak diarena terbuka. Syarat lain dari sisemba dalah tidak boleh menyepak lawan yang sudah jatuh atau yang sudah menyerah.

II.    Upacara Rambu Solo atau aluk rampe Matampu
Acara ini adalah upacara keagamaan(aluk todolo) yang mempersembahkan babi dan kerbau untuk arwah leluhur atau untuk orang yang meninggal dunia seperti upacara pemakaman secara adat,upacara ma’nene yakni upacara memotong babi atau kerbau untuk orang yang sudah meninggal  dan dikuburkan bertempat di pekuburan liang batu.Kematian membawa malapetaka,penderitaan batin keluargayang ditinggalkan dan bukan itu saja tetapi membawa konsekwensi tanggung jawab solider seluruh anggota dan persyaratan agama agama dan adat yang harus dipenuhi agar jiwa seseorang sesuai kepercayaan akan damai dan selamat meninggalkan dunia yang fana ini menuju ke dunia jiwa yang tentram di Puya.
Dengan memberikan segala pengorbanan materi yang sanggup disediakan,anggota keluarga merasa menunaikan kewajiban dan tanggung jawab yang tidak dapat dielakkan selama anggota keluarga itu masih bersedia mengikuti tradisi adat,agama,dan prestase keluarga dimana di mata penduduk desa.
Hampir seluruh kehidupan masyarakat Toraja difokuskan untuk upacara sesudah meninggal dunia namun dalam melaksanakan upacara pemakaman secara agama dan adat terbuka beberapa kemungkinan dengan kedudukan dalam masyarakat dan kemampuan seseorang. 

Silahkan memberi komentar kritik dan saran anda di bawah...! demi menghindari kesalah Fahaman budaya Toraja.
Sumber:Toraja dan kebudayaanya oleh L.T Tangdilintin (1978).

0 comments :

Post a Comment

♥ Terimah Kasih telah berkunjung,silahkan memberi komentar ♥ :

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS